SIKAP EMPATIK DAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
A. Pengertian sikap empatik
Istilah
empatik berasal dari bahasa Inggris, yang berarti emphaty. Dapat diartikan
sebagai suatu proyeksi perasaan-perasaaan pada diri seseorang karena pengaruh
suatu peristiwa atau suatu obyek pada suuatu keindahan. Apabila kita sedang
naik mobil dan secara tiba-tiba mobil tersebut meluncur kebawah karena jalannya
menurun, maka kita akan dapat merasakan menurunnya jalan tersebut. Walaupun
kita melihatnya bahwa seolah-olah adanya suatu tekanan yang menurun dan oleh
karena itu secara otomatis kita
memiringkan badan kebelakang.
Empati
dapat pula diartikan sebagai rasa menginsyati dan memahami perasaan orang lain,
baik berkenaan mengenai kebutuhan-kebutuhannya maupun keperluan-keperluan lainnya
ataupun menggenai hal-hal yng dialami oleh orang lain, (the realization and
understanding of another person’s feelings, needs, and suffering).
Dengan
demikian empati itu adalah suatu kecenderungan untuk merasakan dan memahami apa
yang sedang dirasakan oleh orang lain berkenaan dengan hal-hal yang sedang
diartikan. Adapun yang dimaksud dengan sikap empatik , yaitu suatu sikap yang
dilakukan oleh individu sebagai suatu kecenderungan kea rah merasakan dan
memahami berkenaan dengan apa-apa yang di alami oleh orang lain.
Adapun
beberapa arti dari pada diatas antara lain:
-
Simpati yaitu : Suatu
kecenderungan seseorang untuk merasakan bahwa dirinya sama dengan orang lain,
baik merasakan senang karena orang lain mengalami kesenangan maupun turut
merasa sependeritaan karena orang lain menderita.
-
Antipati yaitu:
merasakan sesuatu yang bertentangan dengan pa yang sedang dirasakan oleh ornag
lain. Dia senang karena orang lain menderita ataupun sebaliknya bahwa ia merasa
tidak senang, karena orang lain memperoleh yang tidak menyenangkan, dan
biasanya didasari karena kebencian terhadap seseorang.
-
Apati yaitu: perasaan
acuh tak acuh atau bersikap masa bodoh pada hal-hal yang dialami atau dirasakan
oleh orang lain.
B. Pengembangan Sikap Empatik
Telah kita
ketahui bahwa sikap empatik merupakan suatu sikap individu yang didasarkan atas
adanya kecenderungan untuk merasakan dan memahami apa-apa yang dirasakan oleh orang lain, baik terhadap
kesenangan orang, hasil-hasil yang telah dicapai oranng lain, maupun mengenai
kebutuhan, keperluan dan sebagainya. Apa yang dikembangkan kepada anak atau
individu, tentunya adalah sikap empatik yang bersifat positif, yang dalam arti
kemudian dapat melahirkan sikap empatik bahkan dilanjutkan dengan suatu
perbuatan yang lebih baik didalam kehidupan
bersosialnya.
Dalam masa
pertumbuhan dan perkembangan anak kearah dewasa, maka sikap empatik itu harus
ditumbuhkan pada diri anak setiap bertahap-tahap sehingga menjadi mantap.
Walaupun tujuan kita baik tetapi
kalau keliru dalam cara mengembangkannya akan mengakibatkan suatu kegagalan
perkembangan aspek-aspek psikis lainnya. Sikap empatik perlu dikembangkan dalam
hubungannya yang berkaitan dengan motif-motif positif dan mengarah kepada suatu
perbuatan amaliah yang positif pula. Dengan demikian pengembangan aspek sikap
empatik lebih jauh harus dihubungkan dengan aspek-aspek perasaan seperti antara
lain:
1.
Sikapa empatik yang
berhubungan dengan perasaan harga diri yang positif. Dan dalam hal ini misalnya
dapat dilakukan agar murid-murid dapat dibimbing kea rah kecenderungan untuk
merasakan dan memahami pesanan kebanggaan yang dialami orang lain yang telah
sukses belajar. Keadaan yang demikian akan melahirkan suatu usaha yang lebih
giat sehingga ia pun memperoleh suskses.
2.
Sikap empatik yang
berkenaan dengan perasaan sosial positif.
Murid-murid hendaknya
dibimbing kearah tumbuhnya kecenderungan untuk dapat merasakan dan memahami
bagaimana rasanya dan penderitaan pakir
miskin dalam mencari nafkah bagi keperluan hidupnya sehari-hari.
3.
Sikap empatik yang
bertalian dengan perasaan inteleks yang positif.
Murid-murid dibina agar mereka
mempunyai cita-cita menambah ilmu yang tak kunjung padam, seperti halnya dengan
sukses dan kepuasaan yang para Ilmuwan telah banyak sukses dan telah menguasai
berbagai jenis ilmu pengetahuan.
4.
Sikap empatik yang
bertalian dengan keagamaan.
Misalnya seseorang merasakan
dan memahami bagaimana sikap dan rasa syukur yang dilakukan oleh orang-orang
yang telah memperoleh kenikmatan yang diannugerahi Tuhan kepadanya. Dan hal
yang demikian akan memungkinkan ia merasa berusaha menngikutinya atau
setidak-tidaknya dapat mempedomi tumbuhnya rasa syukur tersebut.
5.
Sikap empatik perlu
dikembangkan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan prasaan etika.
Murid-murid harus ditumbuhkan dan dibimbing kecenderungan merasakan dan
memahami perasaan orang lain yang mampu untuk berbuat adil dalam menyelesaikan
suatu pertikaian dan lain-lain. Demikianlah sikap-sikap empatik ini harus
dibangun dan dibimbing serta dikembangkan didalam rasa masa perkembangan anak
menuju kedewasaan psikis dan fisiknya.
Penerapan
siakp empatik memerlukan cara-cara tertentu sesuai dengan tingkatan
perkembangan anak agar terhindar dari pada suatu kegagalan ataupun
akibat-akibat sampingan lainnya yang dapat menggangu psikis anak yang
bersangkutan.
Penerapan
dan pembimbingnya terhadap pertumbuhan sikap empati ini menuntut adanya
metode-metode yang tepat yang sesuai dengan tingkatan setiap fase perkembangan.
Penerapan sikap empatik harus dapat menumbuhkan perubahan sikap kemauan, sikap
tingkah laku dan peruban serta pandangan hidup terhadap murid-muridnnya.
HUBUNGAN SOSIAL DALAM
SUASANA MENGAJAR
A.
Pengertian bentuk
hubungan sosial
Manusia diaktakan sebagai mahluk sosial
demikian Aristotele menyebutka sebagai “zoon politiken” atau man is a sosial
being “ yang maksudnya mahluk yang senantiasa dan dalam keadaan bergaul
sesamanya. Perkataan sosial diartikan sebagai masyarakat manusia atau pergaulan
hidup menusia dengan manusia lainnya. Dalam pergaulan manusia itu terjadi
secara individu ataupun secara
berkelompok dalam situasi ornag banyak. Mengenai situasi orang banyak itu
sendiri ada dua macam istilah yang perlu diketahui, yaitu massa dan crowd yang dalam beberapa hal didapati
perbedaan-perbedaannya.
Massa ialah, pengelompokan individu-individu
nyata ataupun abstrak karena mereka memiliki arah perhatian yang sama terhadap
suatu obyek tertentu. Kumpulan orang-orang yang sedang menghindari suatu rapat
umum di alun-alun dapat disebut sebagai massa yang nyata, karena pada saat itu
semuanya tertuju pada suatu obyek perhatian yang sama, yaitu mendengarkan
pidato, ceramah seminar dan lain lain.
Semua orang yang tergabung dalam suatu organisasi tertentu disebut sebagai
massa yang abstrak.
Crowd atau disebut juga orang banyak, ialah
pengelompokan individu-individu yang tidak memiliki arah perhatian yang sama
terhadap suatu obyek tertentu. Akan tetapi, kadang-kadang halnya crowd itu bisa
mendadak menjadi massa. Seperti halnya orang-orang yang sedang ada di pasar,
tiba-tiba mendengar melalui pengeras suara yang menyatakan bahwa gedung pasar
tersebut kebakaran contonhnya. Maka orang banyak yang perhatiannya berbeda-beda
itu mendadak menjadi massa karena semuanya tertuju pada suatu pada suatu
perhatian, yaitu adanya kebakaran pasar.
Manusia senantiasa mengadakan kegiatan dan
menerima kegiatan dari sesamanya atau dengan bahasa psikologi bahwa manusia itu
berinteraksi dalam lingkungan soosial. Hubungan sosial merupakan suatu kegiatan
timbal balik antara individu-individu dalam suatu pergaulan sosial. Hubungan
“sosiaL” adalah hubungan yang terjadi antara dua individu atau lebih, di mana antar individu
yang satu saling berpengaruh mempengaruhi individu yang satu dengan individu
lainnya. Dan karena adanya pengaruh mempengaruhi inilah maka terjadilah
perubahan dan perbaikan dalam tingkah laku individu-individu yang bersangkutan.
Aapabila kita perhatikan batasan hubungan sosial seperti dikemukakan di atas,
maka dapat diketahui bahwa dalam hubungan sosial itu ada unsure-unsur tertentu
antara lain:
1. Bahwa dalam hubungan sosial itu ada pelakunya yang terdiri
atas dua individu atau lebh.
2. Didapatinya suatu jalur hubungan atau komikasi
3. Bahwa dalam hubungan sosial itu ada aspek waktu, baik waktu
lampau, waktu sekarang maupun yang akan datang. Ini berarti bahwa dalam
hubungan tersebut berkaitan dengan sejarah, keadaan sekarang ataupun untuk
meramalkan kehidupan masa depan.
4. Didapatinya pula aspek jarak letak, misalnya seseorang dapat
berhubungan dengan orang lain melalui telepon, surat, dan lain-lain.
5. Pada hubungan sosial itu ada unsure obyek ataupun saran
tertentu.
Hubungan
sosial itu maksud “communication” yang berkaitan dengan kata “common” yang
maksudnya bersama. Jadi pada hubungan itu ada suatu obyek atau suatu sasaran
kedua belah pihak secara bersama-sama. Dengan demikian bentuk hubungan sosial
itu, adalah suatu keadaan di mana individu melaksanakan suatu komunikasi dengan
individu lainnya, baik diwkatu lampau maupun masa depan.
B.
Bentuk-bentkuk hubungan
sosial dalam suasana belajar mengajar
Masalah belajar dan mengajar secar formil pada
umumnya dilakukan di luar sekolah baik dilaksanakan di kelas ataupun di luar
kelas. Suasana belajar mengajar adalah merupakan hubungan sosial karena di
dalamnya terdapat unsure-unsur seperti para pelaku, adanya komunikasi, unsure
waktu, unsure jarak, dan adanya obyek hubungan yang sama yaitu pelajaran.
Dilain pihak bahwa dalam hubungan sosial itu terdapat hubungan pengaruh
mempengaruhi yang dapat merubah dan memperbaiki tingkah laku para pesertanya.
Dan kesemuaannya itu senantiasa terjadi pada suasana belajar mengajar. Kalaupun sudah tepat akan
berusaha untuk meningkatkannya dan kalau pun belum berusaha untuk mencari jalan
lain lagi. Dengan demikian maka sasaran perubahan tingkah laku terjadi pada
diri murid dan guru, walaupun tekanan utamanya tertuju pada sikap dan tingkah
laku murid-muridnya. Hubungan sosial dalam suasana belajar mengajar dapat
berlangsung atas bentuk-bentuk seperti di bawah ini.
1.
Bentuk hubungan sosial
yang didasarkan atas proses imitasi
Imitasi berasal dari bahasa
latin “imitari” yang maksudnya meniru atau mencontohkan terhadap hal-hal yang
ada di luar diri seseorang. Pada dasarnya setiap individu memiliki sifat
kecenderungan untuk melakukan sesuatu seperti yang dilakukan oleh orang
atau orang-orang lain. Ynag dianggap
cocok bagi dirinya. Adapun kedua faktor peristiwa psikis tersebut adalah:
a.
Bahwa pada diri individu
yang bersangkutan terdapat minat terhadap hal-hal yang akan ditirunya dan
kemudian menimbulkan perhatian yang besar terhadap hal-hal yang bersangkutan.
b.
Bahwa pada diri individu
yang bersangkutan mempunyai suatu anggapan bahwa hal-hal yang akan diimitasinya
itu ada suatu nilai yang berharga dan berguan bagi dirinya.
c.